Anak dan Remaja; Target Empuk Industri Rokok

Pasar baru industri rokok yaitu generasi muda
Generasi muda menjadi target pasar baru industri rokok (sumber : lentaraanak.org)

Anak-anak dan remaja adalah generasi penerus bangsa. Sebagai generasi penerus bangsa, kita diharuskan untuk menjaga diri kita, terutama kesehatan kita sendiri. Tubuh yang sehat dan kuat, akan membuat kita berkembang menjadi manusia yang kritis dan bermanfaat untuk sesama. Namun, semakin hari, anak-anak dan remaja terjerat dalam suatu lingkaran setan, yaitu rokok. Cukup mengkhawatirkan sebenarnya, karena berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Nasional pada tahun 2018, jumlah perokok anak usia 10-18 tahun meningkat mencapai 9,1 persen atau sama dengan 7,8 juta anak. Angka yang sangat mengkhawatirkan bukan? Sementara itu, Indonesia pada tahun 2015 saja telah menyumbang 230 ribu kematian akibat mengkonsumsi produk tembakau setiap tahunnya. Kanker Paru merupakan penyakit dominan yang faktor resikonya disebabkan oleh rokok. Tak elak, rokok malah menyebar di kalangan anak-anak dan remaja. Nahh,, sebenarnya dibalik menyasarnya di kalangan generasi muda, ada pihak yang bertanggungjawab dalam tersebarnya hal tersebut, yap Industri Rokok itu sendiri.

Industri rokok memegang peranan penting dalam merebaknya perokok-perokok baru. Industri rokok sendiri mempunyai kelonggaran yang lebih dibandingkan produk kena cukai lainnya. Kelonggaran tersebut berupa promosi dan distribusi. Bahkan, untuk di wilayah ASEAN sendiri, Indonesia adalah Negara yang minim akan pelarangan iklan, promosi, dan sponsor rokok. Hal tersebutlah yang memberikan angin segar kepada industri rokok untuk terus melanggengkan strategi pemasaran mereka.

Lanjut ke bagian promosi. Promosi rokok tadi sudah disebutkan sangat longgar di Indonesia. Sehingga banyak produsen rokok berlomba-lomba untuk mengiklankan produk mereka, baik itu melalui baliho, iklan di media cetak dan elektronik, bahkan menjadi sponsor dari suatu kegiatan. Mungkin yang akan kita bahas adalah promosi di media luar seperti baliho, spanduk, dan benner. Mungkin media-media tersbeut dapat kalian temui di jalanan, pasar, terminal, dan tempat umum lainnya. Lentera Anak memonitoring iklan rokok pada tahun 2015 terdapat 85% sekolah dikelilingi oleh iklan rokok dengan jumlah pengiklan sebanyak 30 produsen. Bayangkan, itu di daerah sekolah, yang notabene banyak terdapat anak-anak dan remaja. Apalagi, ditambah dengan iming-iming harga murah per batangnya di beberapa media promosi rokok tersebut, dengan begitu anak-anak dan remaja mungkin saja mau mensisihkan uang jajan mereka untuk membeli satu kotak rokok. Selain itu, banyaknya produsen rokok yang ikut mensponsori kegiatan-kegiatan yang menarik untuk anak dan remaja seperti olahraga. Salah satunya adalah membuat beasiswa bulu tangkis untuk anak-anak berbakat di Indonesia. Chandra Kirana yang merupakan dosen Ilmu Komunikasi FISIP UI menjelaskan bahwa adanya politik tanam budi yang dilakukan oleh produsen rokok untuk mengaburkan bahaya yang ada dalam produknya melalui kegiatan positif tersebut.

Selain itu, media sosial juga berpengaruh dalam menggandeng anak-anak dan remaja menjadi perokok muda. Media sosial disini digunakan indutri rokok dengan menggaet influencer muda dan sudah ditargetkan oleh produsen rokok. Dalam acara-acara besar yang diselenggarakan oleh produsen rokok, para influencer dengan umur yang sudah melebihi usia 18 tahun diminta untuk menghadiri kegiatan tersebut dan membagikan foto-foto mereka pada saat acara tersebut dan meng-share-nya di sosial media masing-masing. Tagar yang menarik dan positif serta jumlah follower mereka yang mungkin saja ada yang masih anak-anak ataupun remaja membuat mereka beranggapan bahwa hal tersebut positif dan lumrah saja untuk diikuti. Selain itu, banyak juga anak-anak dan remaja yang memasang foto-foto mereka sedang merokok, yaa selayaknya duta tembakau mungkin. Selanjutnya adalah ada beberapa produsen rokok yang mengadakan pelatihan atau kamp-kamp brand ambassador untuk merekrut dan mendorong para influencer kecil dengan jumlah follower sekitar 2000 hingga 3000 orang dan dibayar dengan harga yang tinggi, diajari tentang citra merek rokok, kemudian diberikan pelajaran tentang bagaimana cara menjaga halaman media sosial mereka dengan lebih baik.

Tulisan ini adalah skrip Iseng Podcast Episode 39 yang berjudul "Target Pasar di Luar Nalar Industri Rokok" untuk mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh KBR yang berkolaborasi dengan Komnas Pengendalian Tembakau dan AJI Indonesia untuk mendukung Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) 2020 yang mengambil tema “Lindungi Anak dan Remaja Dari Manipulasi Industri Rokok”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PDD; Pekerjaan Kompleks yang Tak Relevan Lagi

Apa Itu Open Recruitment?

Mengenal Hujan