Sintang : Gemilang Bersama Teknologi

Wilayah Kabupaten Sintang
Sumber : google.co.id

Bercerita tentang suatu kota, tak lepas dari berbagai komponen yang melengkapi. Komponen itu saling melengkapi sehingga terbentuklah suatu identitas. Kota juga perlu suatu identitas. Sintang. Ibukota kabupaten Sintang yang terletak di timur Kalimantan Barat ini, cukup dikenal di provinsinya. Kota yang berkembang cukup pesat di wilayah timur Kalimantan Barat. Perkembangan Sintang merupakan jerih payah para pemimpinnya terdahulu. 


Para pemimpin pasti menginginkan suatu dareah yang dipimpinnya itu berkembang maju dan pesat. Namun, dibalik perkembangan, timbul berbagai masalah. Masalah yang dihadapi suatu kota cukup kompleks. Menyangkut masalah yang luas, seperti masalah sosial, ekonomi, pendidikan, budaya, dan lain sebagainya.



Sumber : google.co.id

Sebagai contoh di kota Sintang ini, tentang masalah pencemaran sungai. Masih banyak masyarakat sekitar Sungai Kapuas ataupun Sungai Melawi masih memasang jamban di pinggir sungai. Dimana banyak masyarakat yang memanfaatkan jamban tersebut untuk buang air kecil maupun besar. Kotoran yang dibuang, dapat mencemari air sungai. Sungai bagi kebanyakan orang merupakan hal yang sangat utama dalam kehidupan sehari-hari. Bayangkan saja, masyarakat yang menggunakan air yang tercemar ini. Mereka akan menemui berbagai masalah kesehatan.  Masyarakat terserang dengan berbagai penyakit, dan akan menimbulkan masalah lainnya. Sehingga dirasa, masalah pencemaran air sungai ini adalah masalah yang kompleks. Masalah ini juga banyak terjadi di daerah-daerah pelosok seluruh Indonesia.


Sumber : google.co.id

Lalu, masalah lainnya yang masih dihadapi kota ini adalah penerangan jalan yang masih kurang. Masalah penerang ini dirasa masih kurang, dengan tidak banyak dipasang lampu penerangan di berbagai sudut kota, maupun kecamatan-kecamatan di luar kotanya. Hal ini menimbulkan masalah mulai dari kecelakaan lalu lintas, tindak kriminal, dan lain sebagainya. Hal ini juga dirasa penting bagi masyarakat pada saat perjalanan malam hari, bilamana pada saat perjalanan ada sesuatu hal yang tak diinginkan bisa terjadi.


Kemudian, angkutan transportasi massal yang dirasa masih kurang. Dengan luas kota yang mencapai 277,05 km² dirasa cukup luas dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak 59.410 jiwa, dan mungkin pada tahun 2017 ini lebih dari 59 ribu tadi, angkutan massal dirasa perlu dibuat di kota Sintang. Kota ini dirasa cukup macet pada jam-jam tertentu. Para pelajar yang kadang memadati jalanan pada pagi hari, dan terkadang mereka juga ada yang dibonceng oleh orang tua mereka untuk menuju ke sekolah.


Sumber : google.co.id

Kemudian masalah sampah. Sampah dirasa memiliki peran yang sangat banyak disoroti. Suatu kota pasti memiliki masalah yang pelik dengan hal ini. Belum terciptnya kesadaran buang sampah pada tempatnya adalah faktor dari masih banyaknya sampah di Sintang.


Sumber : google.co.id

Masalah Ruang Terbuka Hijau (RTH) juga menjadi masalah tersendiri. Kota yang kurang dengan RTH dirasa sangat gersang. Masyarakat tidak dapat berkumpul dan bercengkrama. RTH yang tak terkelola ini akan dapat menyebabkan banjir, kemudian pemanasan global, dan lain sebagainya.


Lalu apa solusi dari beberapa masalah tadi?. Penggunaan teknologi yang baik dan benar bisa mengatasi itu semua. Dengan adanya teknologi, kehidpuan di kota bisa dimudahkan. Smart City adalah gagasan yang dirancang ole Kementerian Komunikasi dan Informatika. Konsep ini merujuk dengan penggunaan teknologi informasi di setiap lini kehidupan.


Seperti masalah pencemaran sungai, solusi yang bisa kita gunakan adalah dengan konsep e-building. Dimana dengan konsep ini, kita arahkan jamban-jamban yang masih berada di pinggir sungai untuk kemudian bisa dibangun ditempat yang selayaknya, dannbukan berada di sungai. Jamba-jamban ini dikonsepkan dengan membangunnya di setiap rumah yang belum memiliki jamban. Kemudian, jamban-jamban ini didata. Setelah itu, dimasukkan di sebuah data base  dimana yang isinya ialah jumlah jamban-jamban yang erada di kota Sintang. Data base ini disimpan oleh beberapa instansi terkait seperti Dinas Lingkungan Hidup, dan Dinas Pekerjaan Umum. Bilamana ada mengalami masalah, masyarakat bisa mengadu memlalui kontak-kontak ke dinas terkait.


Lalu, masalah penerangan jalan. Dinas Pekerjaan Umum, berkerja sama dengan Dinas Komunikasi dan Informatika, serta PLN, merancang suatu pusat pengatur penerangan jalan. Dimana pusat ini menampilkan seluk beluk jalan di kota Sintang. Penerangan jalan sebagai objek utama, di pusat ini dilihatkan jalan-jalan yang belum mendapat penerangan, dan pusat ini juga yang berperan sebagai pemantau dan pengontrol penerangan jalan di kota. 


Transportasi massal dapat diatasi dengan penambahan atau pengadaan armada bus. Dimana, bus-bus ini akan melayani rute-rute yang memiliki populasi pelajar yang dirasa cukup banyak. Dengan berkerja sama antara Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Dinas Perhubungan, dan dinas-dinas terkait, pemerintah akan mendata terlebih dahulu, kemudian membangun halte kecil di daerah permukiman penduduk. Untuk yang belum menjangkau, dapat dibuat halte kecil di sekitaran jalan utama. Kemudian, setiap pelajar mendapatkan sebuah kartu yang dapat digunakan untuk menggunakan mode transportasi ini dengan gratis. Kemudian, di sekitaran sekolah juga membangun halte untuk tempat persinggahan bus-bus tadi. Bus-bus ini juga dikontrol di pusat pengontrolan armada bus yang sedang beroperasi.


Masalah sampah mungkin dapat digunakan cara penykuhan di berbagai sudut kota. Namun, penyuluhan saja tidak cukup bila tidak dikontrol dengan baik. Oleh sebab itu dibentuklah suatu kelompok masyarakat yang sadar akan berbahayanya sampah yang menumpuk. Penggunaan teknologi informasi seperti aplikasi "Angkut Sampah". Bekerja sama denga Dinas Kebersihan dan Dinas Komunikasi dan Informatika, membuat suatu aplikasi untuk warga. Dimana warga dapat melaporkan dan meminta petugas untuk datang ke tempat-tempat sampahnya sudah bertumpukkan. Hal ini harus dilakukan pengawasan berkala dan harus ditingkatkan dari waktu ke waktu.


Lalu, kurangnya RTH dapat diatasi dengan pembangunan taman-taman kota dan penanaman pohon di setiap sudut kota. Untuk masalah pohon, di Kota Sintang sendiri, sudah cukup banyak ditanami oleh pohon, namun ada beberapa pinggir ruas jalan yang belum ditanami oleh pohon. Selain pohon, pembangunan taman kota dirasa perlu dilakukan. Pemerintah telah membangun beberapa taman di sana, seperti "Taman Entuyut", namun pembangunannya masih setengah-setengah. Hal ini dirasa perlu diadakan pecerpatan pembangunan fasilitas,yang nantinya fasilitas tersebut akan digunakan oleh masyarakat luas. Penggunaan teknologi informasi sendiri di masalah kali ini ialah, dapat berupa dipasang papan informasi mengenai curah hujan, kelembababan, suhu, dan emisi gas di sekitaran sudut kota. Penggunaan alat untuk mengukur komponen tadi dapat digunakan. Penggunaan papan informasi tersebut, agar masyarakat tahu keadaan sekitarnya seperti apa, tercemar apa tidak, akan hujan apa tidak, dan lain sebagainya.


Solusi-solusi diatas tidak akan berjalan bila hanya satu pihak yang mejalankan, dalam arti pihak pemerintah. Pemerintah selayaknya merangkul masyarakat untuk sama-sama menjaga dan merawat fasilitas berbasi teknologi informasi tersebut. Kemudian, pihak pusat, baik pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat juga perlu membantu kota-kota yang akan berkembang nantinya. dengan adanya pemanfaatan teknologi informasi dengan baik dan benar, bersama mewujudkan Sintang gemilang dengan teknologi. Kota yang maju dan pesat di timur Kalimantan Barat.

Komentar

Wawan Sutrisna mengatakan…
Mantap gagasannya, semoga kedepannya dapat diwujudkan

Postingan populer dari blog ini

PDD; Pekerjaan Kompleks yang Tak Relevan Lagi

Apa Itu Open Recruitment?

Mengenal Hujan