Haruskah Kita Menjadi Budak Cinta?

Sumber : pixabay.com/id/photos/beberapa-pria-wanita-gadis-guy-2585328/ 


Banyak yang mengatakan bahwa cinta adalah hal yang paling indah dan paling menyenangkan. Hal tersebut adalah suatu kenyataan, namun fakta di lapangan terkadang berbeda. Pada saat di lapangan, masih banyak pasangan yang menjadi “Budak Cinta”. Budak Cinta sendiri dapat diartikan sebagai seorang yang selalu berusaha untuk selalu romantic di setiap saat, namun apa daya, romantisnya dibilang sangat berlebihan dan diluar nalar. Dalam artian, dirinya harus membahagiakan pasangannya, titik, tanpa kompromi.

Menjadi budak cinta (bucin) sepertinya menjadi kewajiban bagi beebrapa pasangan, terutama pasangan baru. Hal tersebut telah aku perhatikan pada beberapa pasangan baru yang kutemui. Memang hal tersebut menjadi penyesuaian pada saat cinta pertama bagi banyak orang. Menjadi bucin adalah tahapan yang dilewati dalam fase percintaa, dikarenakan hal tersebut dilakukan untuk membahagiakan pasangan. Takut untuk kehilangan cinta pertama membuat mereka bisa menjadi bucin.

Sudah membahas tentang apa itu bucin, kita beralih dengan topik bahasan, yaitu Haruskah Kita Menjadi Budak Cinta? Apakah benefit dari menjadi bucin? Ngomong-ngomong aku dahulu juga pernah menjadi bucin. Walaupun aku menjadi bucin dengan cara LDR. Bayangkan saja, aku bisa seharian memegang handphone karena waktu itu sering telponan dan chattingan bersama, setiap waktu, setiap saat, hingga malam bertemu malam. Aku pernah Bucin pada masanya. Menjadi budak cinta bukanlah suatu pilihan, namun seperti layaknya paket dalam percintaan bagi beberapa orang. Seperti kewajiban tersendiri untuk menjadi bucin dan membahagiakan pasangan kita seutuhnya, hingga nalar pun terkadang terkalahkan oleh rasa sayang kepada pasangan.

Menjadi bucin adalah tahapan alamiah dalam percintaan. Tanpa disadari, pada saat pertama kali mengenal cinta, terutama cinta pertama, kita otomatis menjadi bucin. Itu adalah pendapat pribadi, boleh setuju boleh tidak. Tapi apakah di percintaan selanjutnya kita harus menjadi bucin kembali?. Kalau menurutku, kembali ke masing-masing orang dalam menjalani percintaannya. Diriku sudah belajar pada saat percintaan pertama, sehingga pada saat cinta-cinta yang lain datang, aku harus berusaha untuk tidak bucin. Menjadi bucin menurutku tidak ada benefitnya bagi kita yang melakukannya terlalu sering, seperti buang-buang waktu dan tenaga. Terkadang dari segi ekonomi juga kita harus menguras lebih dalam kantong kita tanpa disadari, untuk menikmati waktu-waktu bersama dirinya. Laki-laki terutama harus bisa mengatur waktu dan keungannya sendiri, jangan terbawa arus bucin yang bisa hinggap kapanpun. Jangan mau diatur-atur oleh pasangan. Bukan berarti kita tidak mencintainya, namun kita punya prioritas sendiri dan pandangan tersendiri. Ada kalanya memang kita harus ada buatnya, tapi ada waktu lain untuk mengatur diri sendiri, istilahnya waktu untuk diri sendiri.

Tanpa disadari, menjadi bucin berarti kita harus siap-siap diatur. Walaupun pasangan tidak merasa mengatur diri kita, tapi kebanyakan pasangan pasti berujung pada aturan-aturan verbal yang bisa dibilang terikat secara semu. Tanpa disadari pikiran dan raga terasa terbelenggu. Layaknya menjadi budak, ya namanya juga bucin; budak cinta. Aku sangat prihatin dengan para bucin yang rela terkuras harta, tenaga, dan waktunya untuk sebuah cinta yang semu dan belum tentu berujung ke pelaminan. Jikalau sudah di pelaminan mau bucin sampai tua juga sangat dibolehkan bahkan mendukung keberlangsungan hubungan.

Kesimpulannya adalah, menjadi budak cinta merupakan pilihan. Pilihan apakah akan mengambil jalan menjadi seorang bucin, atau tetap pada pendirian kita dan menjalani urusan percintaan apa adanya tanpa mendramatisir kisah cinta dan terkesan memaksakan keromantisan yang kubilang “semu”. Melihat perkembangan zaman yang sudah makin modern, menjadi bucin sudah tidak cocok dan terkesan terbelenggu oleh cinta. Jadilah diri sendiri, yang dapat mengatur diri sendiri, tidak terbawa perasaan yang berlebihan apalagi dapat menyebabkan permaslahan sosial. Jalanin apa adanya, karena kamu akan tahu, bagaimana berproses secara dewasa, dan berakhir indah pada waktu yang tepat.

Tulisan ini adalah tulisan asli dari artikelku di https://www.hipwee.com/community/ tanpa editing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PDD; Pekerjaan Kompleks yang Tak Relevan Lagi

Apa Itu Open Recruitment?

Mengenal Hujan