Berkirim Pesan Lebih Baik Daripada Menelpon??
Sumber : https://pixabay.com/id/photos/iphone-smartphone-apps-apple-inc-410324/ |
Pernahkah
kalian mencoba kembali mengingat, waktu kalian sekolah (mungkin sekitaran tahun
2000 – 2010 mungkin) dulu sering ngirim SMS atau sering nelpon ketika
berkomunikasi dengan orang-orang sekitar. Mungkin sebagian kalian ada yang
merasa bahwa dengan SMS atau chatting adalah pilihan pertama dalam
berkomunikasi, dan ada pula yang sebaliknya. Well, itu merupakan pilihan kalian
di masa-masa sekolah ya, tapi coba bandingkan dengan zaman sekarang, yang notabene
perkembangan teknologi semakin baik dan mempuni. Namun, ditulisan ini saya tak
akan membahas mengenai kelebihan teknologinya, tapi yang akan saya bahas adalah
dari segi teknik berkomunikasi, antara berkirim pesan (chatting) atau langsung secara audio, baik telepon maupun video
call.
Beberapa
orang ada yang lebih senang dalam melakukan kirim pesan ketimbang suara. Mereka
lebih mudah untuk memikirkan apa yang akan mereka kirim kepada lawan bicaranya
atau di dalam suatu grup chat. Terlebih, dengan adanya emoji yang dapat
menambah kesan psikologi dalam berkirim pesan. Teknologi yang sudah berkembang,
dimana dahulu ponsel atau telepon genggam dengan fungsi utamanya yaitu
“Menelpon” seiring berubah dari waktu ke waktu. Sekarang, fungsi ponsel tak
hanya lagi untuk menelpon, melainkan dapat berkrim pesan, melakukan fungsi
multimedia, dan lain sebagainya. Faktanya, di Amerika Serikat, menurut
penelitian PewInternet and American Life Project yang
dihimpun dari 2011 hingga saat ini, satu per tiga dari populasi orang dewasa
Amerika Serikat, menyukai bertukar pesan dibandingkan menelpon. Generasi
milenial cenderung menghindari komunikasi secara langsung melalui telepon dan
lebih menyukai komunikasi secara template melalui teks. Penelitian diatas juga
membuktikan bahwa banyak orang yang lebih suka mematikan suara ponselnya karena
berbagai alasan, dan mungkin salah satunya adalah menghindari pembicaraan lewat
suara telepon. Mungkin bagi beberapa orang, suara ponsel dan getaranya sangat
mengganggu ketika beraktivitas di luar ruangan atau ketika sedang melakukan
rapat. Hal berbeda, ketika ponsel dalam keadaan getar (mute), orang akan lebih nyaman untuk beraktivitas tanpa ragu untuk
diganggu. Namun, dalam hal ini, ada beberapa momen penting yang mungkin akan
terlewat karena ponsel dalam keadaan getar, seperti pengingat waktu, panggilan
genting, dan lain sebagainya, terlepas dari penggunanya apakah sengaja
mengaktifkan mode getar atau sebaliknya.
Selain
merasa terganggu, ada juga alasan lain yang menyebabkan ada orang yang lebih
senang berkirim pesan. Dilihat dari kacamata ketakutan, ada loh orang-orang
yang takut akan menelpon. Ketakutan itu disebut dengan Telephonobia.
Telephonobia adalah keadaan dimana saat seseorang dalam keadaan takut yang
mendalam bahkan dapat lebih parah kondisinya ketika bicara melalui telepon. Secara
garis besar, hampir mirip dengan phobia-phobia yang lainnya, Telephonobia
berasal dari pengalaman negatif, seperti terror lewat telepon, ataupun
pengalaman traumatik lainnya. Hal tersebut diperjelas dengan wawancara Cnet.com
pada tahun 2017 dengan salah satu professor Ilmu Komunikasi di University of
Texas, Keri K. Stephen. Stephen menjelaskan bahwa dia pernah meminta
murid-muridnya untuk melakukan tugas panggilan telepon ke siapa saja. Beberapa
murid yang Stephen tugaskan mengalami gugup ketika mendapatkan tugas ini, dari
situlah Stephen mengatakan bahwa kasus ini merupakan Telephonobia. Salah satu
murid dari Stephen, yaitu Kathleen Arnold mengungkapkan bahwa alasan
menghindari panggilan telepon adalah panggilan telepon yang didapat dari orang
lain, bahkan orang yang tak dikenalnya, dapat membahayakan. Arnold akan
berusaha tidak menjawab panggilan telepon asing dan dia tak mau mengambil
resiko karena bisa jadi panggilan tersebut merupakan penipuan ataupun hal-hal
buruk lainnya.
Kaum
Introvert malah
lebih menyukai berkirim pesan dibandingkan dengan telepon. Menurut pemahaman
saya, beberapa orang introvert lebih menyukai berkirim pesan diantaranya
berbicara panjang yang tak disenangi karena introvert akan memproses percakapan
panjang dengan pikiran. Terlebih, introvert bukan merupakan pendengar yang
baik, maka kegiatan menelpon akan merasa melelahkan dibandingkan berkirim
pesan. Introvert juga menilai bahwa berkirim pesan dapat mengindari dari sikap
terburu-buru dalam mengambil keputusan, terlebih dalam percakapan telepon orang
introvert tidak mendapatkan kesempatan untuk berpikir dan memutuskan jawabannya
dikarenakan sang lawan bicara biasanya meminta introvert untuk lebih cepat
memberikan keputusan. Bukan untuk menghindari, tapi lebih suka memikirikannya
terlebih dahulu sebelum diutarakan.
Dibandingkan
dengen telelpon langsung, saya juga merasakan bahwa dengan berkomunikasi
melalui pesan, orang bisa lebih bebas. Maksudnya adalah, orang akan lebih mudah
menghubungi satu sama lain ketimbang telepon yang membutuhkan persetujuan dari
lawan bicara (keadaanya akan berbeda bila dalam keadaan genting). Saya pernah
merasakannya, dimana ketika saya berkomunikasi dengan orang, saya lebih
mendahulukan pesan ketimbang langsung menelponnya. Karena saya juga berpikiran
bahwa lawan bicara kita bisa jadi dalam keadaan yang belum siap untuk menerima
panggilan dari kita, terlebih lawan jenis. Saya lebih menitikberatkan pada
permintaan izin untuk menelpon kepada orang yang ingin saya hubungi, dalam
artian nantinya obrolan yang akan kita bawakan adalah obrolan santai, dan bukan
hal-hal genting.
Terlepas dari mana yang lebih baik, antara
menelpon atau berkirim pesan, rasanya tidak adil bila saya hanya memaparkan
dari segi berkirim pesan saja. Terlebih, saya tidak bisa memaksakan pendapat
saya kepada pembaca bila memiliki pandangan yang lain, dalam artian mungkin
saja lebih memilih menelpon dibandingkan berkirim pesan.
Menelpon
sesorang lebih disyaratkan karena butuh jawaban segera atau penting. Seperti,
ketika kita terlupa sesuatu, hal yang biasanya akan dilakukan dan “Segera”
dilakukan adalah menelpon. Meminta sesorang untuk menyiapkan barang yang
tertinggal dengan segera tanpa menunggu lama bila menggunakan pesan. Menelpon
juga hadir di saat-saat krusial, seperti ketika kita di rampok, kecelakaan,
bencana, dan lain sebagainya yang memerlukan respon segera. Disaat genting dan
penting, kegiatan menelpon menjadi solusi utama.
Selain
itu, pada salah satu artikel Vice.com dengan
judul “Inilah Alasan Ngobrol Lama di Telepon Membuat Kita Bahagia”
mengungkapkan bahwa ketika seseorang menelpon, biasanya orang tersebut sedang
meminta pendapat dan bertukar ide dengan orang yang dihubunginya. Bila tidak
melakukan hal tersebut, maka rasanya kurang lengkap. Cukup aneh ketika zaman
sudah berubah yang mana orang lebih menggandrungi berkomunikasi via pesan atau texting, namun bagi orang yang biasa
menelpon, menelpon bukan untuk mempersingkat pembicaraan melainkan untuk
memperpanjang diskusi. Dalam artikel tersbeut juga disebutkan bahwa, telepon
menjadi obat bagi narasumber. Kegiatan menelpon dengan sahabatnya akan
berdampak pada psikologi narasumber, karena ia bebas untuk mengekspresikan
emosinya dan dapat mendengar langsung jawaban dari lawan bicaranya.
Menelpon
juga bisa membuat ikatan antar lawan bicara menjadi kuat. Salah satu penelitian
yang dilakukan oleh Amit Kumar dari University of Texas dan Nicholas Epley dari
University of Chicago, mereka meminta partisipasn untuk menghubungi teman
lamanya yang sudah jarang dihubungi. Hasilnya adalah sebanyak 67% partisipan
memilih untuk menghubungi via email karena merasa canggung bila harus menelpon,
disatu sisi partisipan yang menelpon merasa ikatan antar lawan bicara terjalin
jauh lebih kuat dibandingkan mereka yang menghubungi via email. Kemudian,
penelitian berlanjut dengan menggabungkan beberapa partisan dalam suatu grup,
kemudian mereka melakukan sebuah permainan dimana masing-masing orang saling
mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan, serta bebas untuk menggunakan
media berkomunikasi baik berkirim pesan singkat maupun menelpon. Hasilnya
adalah, partisan merasa lebih terhubung dengan temannya ketika menggunakan
telepon dibandingkan harus berkirim pesan.
Jadi, kesimpulannya adalah, kedua cara berkomunikasi tersebut semuanya baik, dan tergantung dari siapa yang menggunakannya. Apakah kalian lebih senang untuk berkirim pesan, atauu kalian lebih menikmati mengobrol panjang lebar dengan telepon? Semuanya kembali kepada kalian, karena kalianlah yang lebih tahu kebutuhan dan kenyamanan berkomunikasi antar sesama.
Komentar