Tugas Akhir : Cerita Dimulai
Sumber : https://pixabay.com/id/photos/buku-ilmu-rak-perpustakaan-baca-408220/ |
Halo
para pembaca semua, sudah lama saya tidak menyapa teman-teman pembaca di setiap
artikel yang saya buat, terlebih artikel-artikel terbaru yang saya bagikan
disini. Mungkin ini adalah tulisan yang menurut saya tidak terlalu berat,
kalian bisa membacanya selagi beraktivitas. Tidak perlu berpikir terlalu keras,
justru kalian diminta untuk santai dan scroll-scroll
aja ke bawah. Artikel kali ini lebih kepada pengalaman saya selama setahun ini,
terutama saya yang merupakan mahasiswa tingkat akhir dalam mengerjakan tugas
akhir (yang belum tentu ini menjadi akhir dari studi yang saya lakukan), dan
pastinya teman-teman pembaca ada yang sudah merasakan hal ini mungkin bisa di
bagikan pengalamannya di kolom komentar. Bagi yang belum, silahkan disimak untuk
pembelajaran kalian ya.
Awal
tahun merupakan sedikit permulaan menggarap skripsi. Dimulai dari pembuatan
proposal skripsi, melalui banyak revisi yang membuat saya terkadang tidak tidur
selama semalam. Tidak tidur semalaman itu dikarenakan saya mengerjakan bareng
teman-teman saya, membawa saya ke café resto yang buka 24 jam di dekat daerah
kampus. Hanya beberapa kali saja, tidak setiap hari. Saya juga terkadang
mengerjakannya berdasarkan mood yang saya alami hari itu. Ketika sedang
semangatnya, saya berusaha untuk menyelesaikan revisi dan kelengkapan tugas
akhirnya sesegera mungkin. Ketika datang sedang malas, bahkan kesal kepada
revsiian yang sulit dimengerti, saya akan malas mengerjakan dan cenderung
menghindari.
Saya
juga berusaha untuk bisa membuat jadwal dalam pengerjaan tugas akhir. Senin-Jum’at
misalnya, saya menyisihkan waktu dari pukul 8 pagi hingga 11 siang atau 12
siang untuk mengerjakannya. Sedikit atau banyak, saya tidak peduli, yang
penting adalah progress dalam pengerjaanya. Saya lebih sering mendapatkan hasil
yang sedikit kalau saya kerjakan setiap hari (hari regular saya mengerjakan),
kalau mau mendapatkan hasil yang banyak, maka diperlukan pemantik yaitu deadline dari dosen. Ketika deadline telah bersabda, maka mahasiswa
harus dengan cepat menyelesaikannya. Mau tidak mau tetap harus dikerjakan.
Sekitar
bulan Desember 2019 hingga Maret 2020, saya mengerjakan proposal skripsi yang
akan dimajukan dalam seminar proposal. Mungkin sedikit informasi, di jurusan
saya, untuk sampai ke tahap siding skripsi harus melewati seminar proposal.
Seminar proposal nantinya hanya akan membahas penelitian yang akan saya
lakukan, dimulai dari Bab 1 hingga Bab 3. Mungkin masing-masing kampus memiliki
perbedaan dalam penentuan tugas akhir, jadi harap dimaklumi.
Judul
yang saya ajukan awalnya adalah tentang kehadiran apoteker di fasilitas
pelayanan kefarmasian. Namun, setelah di rubah dan didiskusikan dengan dosen
pembimbing, maka dipustuskanlah dengan judul mengenai persepsi pasien terhadap
peran apoteker di puskesmas. Untuk tempat penenlitiannya sendiri, saya hanya
mengikuti teman-teman saya yang juga menggunakan puskesmas tersbeut sebagai
tempat mengambil data. Saya cukup enjoy dnegan judul yang diajukan tersebut,
namun ke-enjoy-an yang saya rasakan mungkin tak bertahan lama. Salah satu dosen
pembimbing skripsi saya, menyatakan bahwa judul yang saya gunakan untuk tugas
akhir saya adalah judul pertama di jurusan saya. Artinya adalah, saya adalah
orang pertama yang mengusung judul tersbut, sehingga tidak ada refrensi yang
merujuk ke judul yang saya gunakan. Disatu sisi, saya merasa terbebani karena
tidak memiliki petunjuk dari hasil penelitian senior, dan bisa dikatakan hanya
berpedoman dengan jurnal dan skripsi dari luar kampus saya. Disisi lainnya,
saya cukup tertantang untuk menyelesaikan dan sedikit bangga karena saya dapat
menjadi pionir dalam judul tersebut, agar junior-junior saya dapat menggunakan
atau memperbaiki penelitian yang telah saya lakukan.
Dimulainya
pembuatan naskah proposal dari bab 1 hingga bab 3 memerlukan waktu yang cukup
lama menurut saya. Perlu riset lebih dalam, dan terlebih studi di Indonesia
masih sedikit. Judul sebelumnya, saya punya refrensi yang menjurus, studi yang
dilakukan di Indonesia, dan ketika judul saya berubah maka refrensi yang saya
jadikan pegangan turun tingkatan. Saya coba mencari studi yang berkaitan, dan
saya menemukan beberapa studi yang dilakukan di luar negeri. Syukurlah bila
sumber yang saya cari ada, hanya saja sekarang yang menjadi persoalan adalah
bagaimana saya memulai menulis. Jujur, kalau saya diminta untuk menulis ilmia,
seperti Karya Tulis Ilmiah (KTI) saya cukup malas untuk membuatnya. Terlebih
saya berkembang di organisasi pers mahasiswa yang tulisan-tulisannya memuat
berita dan tulisan yang cukup bebas, terutama menulis opini. Mungkin menurut
kalian, menulis KTI cukup bisa dilakukan karena banyak sumber berseliweran di
internet, serta untuk memulai menulisnya dirasa cukup mudah, namun bagi saya
pribadi hal tersebut cukup menguras tenaga. Saya tak terbiasa untuk menulis
ilmiah yang banyak bagiannya. Saya lebih menyukai essay yang hanya dengan satu
judul dan beberapa subbab saja sudah selesai. Mau tidak mau, suka tidak suka,
ini adalah kewajiban yang harus dituntaskan, jadi bersemangatlah.
Selama
pengerjaan sekitar 4 bulanan, saya sering berpindah tempat pengerjaan. Mulai
dari kedai kopi, restoran dekat kos, perpustakaan kampus, dan tentunya kos
sendiri. Bila saya ingin mengerjakan proposal, saya lebih senang untuk
mengerjakannya sendiri atau berdua. Bila saya diajak teman saya untuk
mengerjakan, saya pastinya ikut. Terlebih teman-teman saya adalah satu tim
dengan tema yang sama hanya berbeda judul saja. Bila saya mengerjakan sendiri,
saya lebih suka ke kedai kopi andalan saya di daerah Jalan Kaliurang Km 7,
Sleman. Suasana yang cukup sepi dengan harga kopi yang ramah di kantong saya,
saya sering menghabiskan waktu disana untuk mengerjakan proposal. Saya juga tahu waktu, ketika kedai
mau tutup, saya bergegas untuk meninggalkan tempat tersebut. Disana saya sangat
enjoy menikmati suasana kedai yang sangat mendukung untuk mengerjakan skripsi.
Seingat saya, saya hanya beberapa kali mengerjakan skripsi saya disana, karena
diburu oleh pandemi di sekitar bulan Maret menyebabkan saya tidak dapat
mengerjakan disana.
Baik,
bulan Maret tiba. Saya dengan keterpaksaan diajak salah satu teman saya, namun
dia bukan bagian dari tim saya (hanya dosen pembimbing 1-nya saja yang sama
dengan saya). Penyebab dia mau mengajak saya untuk bisa memulai seminar
proposal karena dosen pengujinya sama dengan dosen penguji seminar saya. Menurut
saya, proposal yang masih saya kerjakan belum begitu bagus untuk maju seminar,
tetapi karena desakan dan dorongan dosen pembimbing, saya harus maju dan
mencoba peruntungan saya. Akhirnya saya membuat presentasi seminar,
menyempurnakan proposal, serta menghubungi dosen penguji. Waktu yang ditunggu
pun tiba, saya dan teman saya maju seminar proposal. Seminar dimulai dari teman
saya, dan saya sebagai operator laptopnya. Waktu yang dibutuhkan dia tidak
begitu lama, dan kemudian dilanjutkan oleh saya. Penjelasan selesai, dan
akhirnya sesi Tanya jawab. Bisa dibilang, saya sangat takut bilamana penguji
menanyakan hal-hal yang sangat susah kepada saya, namun hal tersebut tidak
terjadi. Saya cukup enjoy dengan pertanyaan yang ditanyakan, walau
pertanyaannya sangat serius dan membuka cakrawala saya dalam mengembangkan
penelitian saya. Tepat pukul 15.30 WIB, seminar berkahir dan memakan waktu
sekitar 2 jam. Perlu diketahui bahwa, seminar yang saya lakukan adalah seminar
terakhir sebelum kampus ditutup karena pandemi Covid-19, dan rekan se-tim saya
menjalankan seminar secara online
zoom-meeting. Saya ssangat lega, karena saya telah menyelesaikan 1 tahapan,
serta ditambah beberapa revisi yang sangat membuat saya pusing dalam
mengerjakannya. Bulan Maret berlalu, pandemi makin menjadi-jadi. Saya diminta
untuk pulang ke Kalimantan oleh orang tua, sehingga harus meninggalkan
Yogyakarta secepatnya karena beredar kabar bahwa Yogyakarta akan ditutup dan
akses untuk keluar masuknya cukup sulit.
Bagian selanjutnya mohon ditunggu yaa..
Komentar