Pembukaan Sekolah Tatap Muka; Tawuran
Mencari Identitas Diri dengan Tawuran (Sumber : Pixabay) |
Sudah hampir satu setengah tahun semua pelajar di seluruh Indonesia dari berabagai tingkatan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi merasakan sekolah online atau daring di rumah masing-masing. Beberapa waktu yang lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim merancang untuk memulai sekolah tatap muka di beberapa wilayah dengan kondisi tertentu, seperti kalau di daerah PPKM, maka level PPKM haruslah level 1 hingga 3, serta sekolah harus sudah siap dalam menyiapkan protokol kesehatan dan aturan-aturan lainnya. Lebih lengkapnya, dilansir dari Vice.com peraturan lebih lengkap dalam menyelenggarakan sekolah tatap muka diantaranya kapasitas kelas harus setengahnya, lalu pemerintah daerah harus mengawasi jalannya sekolah tatap muka, dan semuanya dikembalikan lagi kepada siswa dan walinya apakah bersedia ikut sekolah tatap muka atau tidak.
Setelah aturan sudah siap, akhirnya tibalah waktu untuk memulai sekolah tatap muka di beberapa daerah. Namun, pelaksanaanya tercoreng akibat sekolompok siswa di daerah Jakarta dan Tangerang malah berusaha untuk memulai tawuran. Seperti yang dilansir dari situs yang sama, sebanyak 34 pelajar SMK Negeri 1 Jakarta digiring ke Polsek Kota Tangerang untuk dilakukan pemeriksaan. Penggiringan tersebut juga dibersamai 36 pelajar lainnya dari berbagai sekolah. Pelajar-pelajar ini sekiranya belum memulai tawuran, namun mereka baru akan memulai tawuran dan langsung dicegah oleh polisi. Polisi mengetahui mereka dari berbagai laporan masyarakat sekitar Taman Skeatboard, Kota Tangerang.
Tak
hanya di Jakarta dan Tangerang, di daerah lain seperti Cirebon, polisi juga
sudah bersiap-siap menggelar razia untuk mencegah tawuran antar pelajar pada
saat pelaksanaan uji coba sekolah tatap muka. Alhasil, didapat beberapa pelajar
yang memang membawa peralatan untuk tawuran dan langsung digiring ke kantor
polisi untuk pemeriksaan. Pemerintah Kota Bogor melalui dinas pendidikannya
tidak mengizinkan sekolah yang memiliki reputasi sering tawuran untuk memulai
sekolah tatap muka guna menghindari tawuran dan kerumanan yang ditimbulkan hal
tersebut. Terbaru, di Semarang, sekolah tatap muka di warnai aksi tawuran.
Dilansir dari Republika.id terjadi
tawuran antara pelajar SMKN 3 dan SMKN 4 Semarang yang terjadi pada hari
keempat sekolah tatap muka (2/9/2021). Bahkan dilaporkan bahwa satu pelajar
dalam kejadian tersebut mengalami luka-luka akibata sabetan senjata tajam dan
langsung dilarikan ke rumah sakit.
Berbagai
kejadian diatas menurutku sangat-sangat memalukan. Sekolah tatap muka yang
patutnya disyukuri dan dimanfaatkan sebaik-baiknya di tengah situasi saat ini
malah tercoreng dengan insiden tawuran yang sepertinya sudah mendarah daging di
kalangan pelajar, terutama pada sekolah-sekolah yang sudah turun temurun
ditemukan kasus tawuran, bukan mau menggeneralisir, namun faktanya terdapat di
beberapa sekolah di Indonesia. Bisa jadi, dengan kejadian seperti ini malah
akan berdampak pada teman-teman lain bahkan sekolah lain yang tidak terdapat
kasus tawuran sekalipun, dimana akan dilakukan sekolah online kembali, sangat disayangkan bukan. Bukan menjadikan
kesempatan untuk bisa bertemu teman-teman dan saling belajar di tempat yang
sama tanpa harus memandang laptop maupun handphone,
ehh ini malah dijadikan ajang reuni tawuran. Sepertinya para pelajar sudah
kangen banget dengan nuansa tawuran yang mencekam dan memacu adrenalin,
bener-bener dahh kelakuan oknum pelajar di negeri +62 ini.
Sekarang
coba kita perhatikan, apa yang memotivasi pelajar ini sampai melakukan tawuran
antar sekolah. Dilansir dari Republika.id bahwa pencarian
identitas atau menunjukkan eksistensi dirilah yang menjadi motivasi pelajar
melakukan hal tersebut. Sekjen Forum Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno
Listiyati menyebutkan bahwa salah satu penyebab lainnya adalah factor
lingkungan sekolah, yang mana masih terjadi senioritas di beberapa sekolah
membuat para yunior merasa tidak nyaman
dan tawuran sebagai tempat pelariannya untuk mencari identitas serta
menunjukkan eksistensinya ke dunia luar.
Motivasi pelajar mencari identitas dirilah yang menyebabkan mereka mau ikut kegiatan yang memebahayakan nyawa mereka, bahkan nyawanya bisa melayang. Serta adanya tensi antar sekola juga jadi penyebab pelajar-pelajar ini turun ke jalan dengan perlengkapan tawuran mereka. Bahkan setelah sekolah tatap muka dimulai pun para oknum ini tidak menyurutkan semangatnya untuk tawuran. Kenapa tidak dilakukan di dunia virtual saja, seperti main game gitu. Maksudnya adalah, dengan menyalurkan niat tawuran tersebut di dalam sebuah game saja, tidak dilakukan di dunia nyata. Namun, itu semua kembali kepada diri mereka masing-masing, apakah mau berbenah atau malah berlarut-larut mengikuti arus kekerasan yang sudah mendarah daging.
Komentar